alt/text gambar
alt/text gambar

Sabtu, 26 Juli 2014

Tarian Lukah Gilo


Suku minangkabau memiliki sebuah kesenian tari tradisional bernuansa magis bernama lukah gilo di provinsi sumbar. Istilah lukah gilo berasal dari dua kata yaitu lukah dan gilo, lukah dalah perangkap ikan atau belut terbuat dari anyaman lidi atau rotan yang diletakan di aliran sungai, sementara itu Gilo adalah bahasa minang untuk kata gila.

Dengan demikian lukah gilo merujuk pada lukah yang bergerak liar seperti orang gila karena diberi mantra oleh seoran kulifah atau pawang. kata lukah dalam kesenian juga digunakan untuk menyebut penarinya.

Kesenian tari lukah gilo diduga muncul saat raja adhityawarman menguasai pulau Sumatra. Pada masa itu, dalam upacara ritual-ritual kerajaan, raja selalu menggunakan kekuatan-kekuatan animisme dan dinamisme, pada perkembangannya, ritual itu menjadi sebuah kesenian rakyat yang menghibur dan disenangi.

Lukah (penari) dan busananya


Pada awalnya Kesenian lukah gilo tidak diiringi penari. Mereka juga tidak dipakaikan busana khusus. Mantra yang dibaca kulifah pun, sekarang ada yang dirahasiakan, diucapkan terbuka, dan ada pula yang didendangkan.

Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, lukah gilo dikemas dengan memadukan unsur-unsur budaya yang ada pada masyarakat minang. Sekarang ini, lukah gilo ditarikan oleh orang tertentu dengan busana khusus, dari sinilah lukah gilo dikenal sebagai bagian dari kesenian tari.

Tari lukah gilo diperankan oleh beberapa orang yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu lukah (penari) dan kulifah (dukun atau pawang). Pembagian peran ini tergantung pada acaranya, apabila diadakan untuk upacara adat, maka lukah berjumlah dua atau tiga orang dan satu kulifah. Namun apabila untuk pertunjukan seni atau hiburan, lukah berjumlah dua atau lima orang dan satu kulifah. Semua lukah dan kulifah di atas harus berjenis kelamin laki laki, karena hanya kaum lelaki yang dianggap memiliki tenaga kuat untuk mengendalikan gerakan lukah gilo.

Musik penggiring


Lukah gilo pada awalnya juga tidak disertai dengan unsur seni lain, seperti musik, vokal, atau intrumen. Namun pada perkembangan selanjutnya, musik tradisional minang dimasukan menjadi penggiring tari lukah gilo.

Penambahan unsur tersebut dikarenakan tujuan pertunjujan lukah gilo tidak lagi hanya untuk hal-hal yang berhubungan dengan magis semata, akan tetapi juga hiburan (bahkan sisi ini yang sekarang sangat ditonjolkan).

Musik tradisional minang akan dimainkan sepanjang tari dan baru akan berhenti jika penari sudah lelah lalu dihentikan sesuai perintah kulifah. Musik akan dipukul dengan menyesuaikan gerakan yang muncul dari lukah gilo. Dalam kondisi ini tidak jarang terkadang lukah (bahkan juga terkadang penonton) mengalami kesurupan. Oleh karena itu, peran kulifah sangat erat karena juga harus mengobati mereka yang kesurupan.

Waktu dan poroses pementasan tari


Lukah gilo biasanya dipentaskan pada malam hari. Menurut kulifah, waktu malam hari dinggap tempat agar mudah memanggil jin yang akan dimasukkan ke dalam lukah gilo. waktu malam hari ini pula yang menyebabkan pertunjukan lukah gilo ini terasa semakin magis dan sacral.
Proses pementasan tari lukah gilo secara umum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan pelaksanaan, dan penutup


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2013. R.Utama Berkarya - All Rights Reserved
Distributed By Blogger Themes | Template Created by BTDesigner Published by Super Cool Templates
Proudly powered by Blogger